GENGGAM ERAT TANGAN KHALIFAH

1400 tahun silam, umat Islam berada dalam naungan dan bimbingan langsung Rasulullah SAW. Pada masa itu, kaum Muslimin mendapat siraman rohani yang luarbiasa dari Baginda Rasulullah SAW. Tiada terkira nikmat Iman yang bisa direguk pada masa itu. Daya pensucian yang dipancarkan oleh nabi agung  Muhammad  SAW sangat luar biasa besarnya sehingga dapat merubah bangsa Quraish yang jahiliah menjadi orang orang yang taat sepenuhnya pada Allah dan Rasulullah SAW. Sejarah  mencatat bagaimana perjuangan kaum Muslimin dalam menegakkan panji Islam dan Tauhid harus dibayar dengan tumpahan darah para Syuhada. Semua itu semata mata karena cinta pada Allah dan Rasul-Nya. 

Sepeninggal Rasulullah SAW, kaum Muslimin ditimpa kesedihan tiada tara dan tidak sedikit yang hampir goyah keimanannya. Bahkan seorang Umar bin Khattab ra yang dikenal dengan kerasnya tidak percaya bahwa Rasulullah SAW telah wafat. Namun, Allah SWT tidak membiarkan umat ini kembali kepada jalan yang salah. Sahabat setia Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra ditetapkan sebagai Amirul Mukminin, Khalifah umat Islam sepeninggal Rasul SAW. Di bawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, umat Islam kembali bersatu, dan melanjutkan perjuangan menjaga panji Islam tetap kokoh berdiri menghadapi berbagai serangan musuh-musuh yang menginginkan kehancuran Islam.

Namun, lihatlah keadaan masa ini. Kaum muslimin seperti tengah terombang-ambing dalam berbagai berbagai pemahaman, terpecah-pecah dalam berbagai golongan. Masing-masing sibuk mengklaim sebagai golongan paling baik. Tidak jarang tega menyerang golongan lainnya yang sama-sama mengikrarkan kalimah syahadat, mendirikan shalat, menunaikan puasa, membayar zakat, dan menyambut panggilan ke tanah suci.

Adanya aliran-aliran dalam Islam tersebut sudah dinubuatkan (diberitakan) oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani :

Orang-orang Yahudi bergolong-golong terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, orang Nasrani bergolong-golong menjadi 71 atau 72 golongan, dan umatku (Kaum Muslimin) akan bergolong-golong menjadi 73 golongan. Yang selamat dari padanya satu golongan dan yang lain celaka. Kemudian ditanyakan, "Siapakah yang selamat itu?" Rasulullah saw menjawab, "Merekalah Ahlusunnah wal jamaah" Dan kemudian ditanyakan lagi, "Apakah Ahlusunnah wal jama’ah itu?" Beliau menjawab, "Apa yang aku berada di atasnya, hari ini, dan beserta para sahabatku (diajarkan oleh Rasulullah saw dan diamalkan beserta para sahabat)." (HR. Imam Thabrani)

Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW seolah sudah memperingatkan umat Islam, bahwa kelak akan terjadi perpecahan umat. Dan akibat dari perpecahan itu tidak lain adalah kecelakaan, kehancuran. Kecuali mereka yang tetap berpegang teguh pada apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw dan diamalkan oleh para sahabat.

Pertanyaannya, pada saat ini siapakah yang memenuhi standar dari Rasulullah SAW? yang disebut Rasul sebagai ahlusunnah wal Jama’ah? Mari kita bahas maksud Ahlusunnah wal jamaah itu. 

Ahlun artinya orang yang menaati atau pengikut, sebagaimana pernyataan: “Ahlul-madzhabi artinya orang yang mengikuti madzhab itu dan Ahlul-Islami artinya orang yang mengikuti Islam itu.” (Lisaanul-‘Arab, Juz 1 halaman 253) 

As-Sunnah maksudnya Hadits Rasulullah saw, sebagaimana pernyataan: "Al-Kitaabu was-Sunnatu berarti Al-Quran dan Hadits.” (Lisaanul-‘Arab, halaman 399)

Secara terminologi hadits itu sinonim dengan sunnah. Keduanya diartikan sebagai segala sesuatu yang diambil dari Rasulullah saw sebelum dan sesudah diangkat menjadi Rasul. Akan tetapi bila disebut kata “Hadits” umumnya dipakai sebagai segala sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah saw setelah kenabian, baik berupa sabda, perbuatan maupun taqrir atau ketetapan (Majmu’atul-Fataawaa Ibnu Taimiyah, dan Ushulul-hadits DR. M. Ajaj Al-Khathib, hal. 8). 

Adapun Al-Jamaa’ah artinya identik dengan Al-Ummah (Al-Mujnid, halaman 17), yaitu: Satu kumpulan orang-orang beriman yang dipimpin seorang Imam untuk bekerja sama dalam urusan penting dan mereka tidak akan pergi sampai mereka meminta izin imamnya.

Semua ciri Ahlusunnah wal jamaah itu telah tergenapi pada Jamaah Islam Ahmadiyah yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad yang dikaruniai gelar Imam Mahdi dan Al-masih Mau'ud alaihis-salaam (1835-1908 M). Jamaah ini memperlihatkan keluhuran akhlak dengan penuh kesabaran dalam menghadapi cobaan-cobaan sebagaimana kesabaran yang dicontohkan oleh yang mulia Rasulullah saw dan para sahabat ra di kota Mekah. Karena itulah, tidak diragukan lagi bahwa Jamaah ini adalah Ahlusunnah wal jamaah di zaman sekarang.

Prosesi baiat internasional
Baiat kepada khalifah ahmadiyah

Maka, bagi siapapun yang merindukan kehidupan rohani seperti halnya pada masa Islam dahulu di bawah sistem Khilafah yang memenuhi nubuatan Rasulullah SAW, mari bersama dengan Jamaah Muslim Ahmadiyah. Genggam erat tangan Khalifah, dan dapatkan pancaran-pancaran rohani yang akan menyelamatkan kehidupan manusia. Khalifah Ahmadiyah, yang senantiasa menebar salam damai di seluruh penjuru dunia. Menyeru manusia untuk kembali ke jalan yang Allah SWT ridhai. Jalan perdamaian, penuh cinta kasih dengan sesama, memberikan manfaat bagi kehidupan, taat pada Pimpinan di setiap negara dimana mereka berada. Khalifah yang selalu mengajak pada kebaikan, mengajarkan kebenaran dan tetap berpegang pada Tauhid Ilahi.

Rujukan : ahmadiyah.id








Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHALIFAH DAN ISLAM DI SPANYOL